Gara-Gara Telan Mentah Isu Sosial Media, Akhirnya Jadi Menyesal Belaka
Dikabarkan ada air berwarna hitam pekat yang bisa menyembuhkan penyakit, banyak orang yang mengambil air itu, tapi ternyata air itu sebenarnya adalah..
Hal itu terjadi di Thailand, ketika orang-orang mengambil air dari sebuah telaga kecil di desa Ai Kasae, Si Sakhon, Narathiwat.
Telaga di situ memang unik, karena berwarna hitam pekat.
Foto dari telaga ini lantas menyebar di medsos.
Fotonya, ditambahi bumbu-bumbu cerita mistis, bahwa telaga ini dikeram dikeramatkan sehingga dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
Loading...
Kisah telaga hitam nan misterius ini akhirnya jadi viral di Facebook.
Orang-orang lantas berduyun-duyun datang, untuk mengambil air di sana, sebagaimana dilansir oleh Bangkok Post.
Kisah mistis kehebatan air dari telaga ini semakin bikin orang heran, karena setelah diambil dan dibiarkan semalam, maka air akan berubah jadi bening.
Lalu, rumor lain menyusul, bahwa konon ada dokter yang meneliti kandungan air ini.
Hasilnya, air itu ternyata . . .
Hasilnya, air itu ternyata sangat bersih, sebagaimana mata air dari pegunungan..
Ada pula rumor yang menyebut, warga desa setempat yang buta, akhirnya bisa melihat kembali, setelah membasuh matanya dengan air ini.
Nah, setelah telaga ini semakin heboh diperbincangkan, pemerintah setempat pun akhirnya turun gunung untuk meneliti kandungan air di sana.
Hasilnya, dinas kesehatan setempat malah menemukan fakta, bahwa telaga itu ternyata terkontaminasi tinja!
Dilansir oleh Bangkok Coconuts, air dari telaga itu, alih-alih menyembuhkan penyakit, malah berbahaya, karena penuh kuman yang bisa menyerang saluran pencernaan.
4 Kandungan Berbahaya dari Tinja
Penanganan buangan tinja tidak bisa dianggap sebagai masalah yang sepele. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyebutkan, seseorang setiap tiap harinya membuang tinja seberat 125-250 gram. Jika saat ini seratus juta orang Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka setiap harinya kawasan perkotaan tersebut bisa menghasilkan 25.000 ton tinja.
Sekretaris Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Maraita Listyasari mengatakan, sudah banyak kesadaran untuk buang air besar (BAB) di jamban, tetapi masih ada 70 juta masyarakat yang BAB di sembarang tempat. Walaupun sudah banyak jamban sehat dibangun tetapi masih banyak saja jamban yang tidak memenuhi syarat.
“Padahal ketika tidak memenuhi syarat, sebenarnya kita hanya memindahkan polutan dari satu tempat ketempat yang lain,” ujarnya, saat acara Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan STOP BABS 2015, di Sulawesi Selatan, Rabu, (30/5/2012).
Selain jumlahnya yang begitu banyak, tinja juga memiliki potensi berbahaya dari ke-4 (empat) kandungan yang ada didalamnya.
Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan tinja:
1. Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
2. Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).
Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.
3. Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
4. Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg.
Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.